DAPATKAH
KITA MEMPERSIAPKAN PERUBAHAN?
Fleksibilitas
kebenaran adalah suatu kualitas, yakni kemampuan menghadapi perubahan yang
fundamental dalam metoda dan pendekatan yang kerja bersama dengan perubahan
nilai-nilai.
Selama bertahun-tahun, pekerjaan
teknologi informasi telah ditetapkan dan dibatasi. Kemajuan-kemajuan di bidang
teknologi seperti bahasa Generasi ke-4 dan remote job entry, telah meringankan
yang diciptakan oleh kalangan beban keahlian dalam satu bidang sembari
menciptakan berbagai bentuk tuntutan baru pada bidang-bidang lainnya.
Perubahan-perubahan peraturan dan
perdaganagan telah mempengaruhi sistem-sistem yang diperlukan oleh para
pemimpin dunia usaha yang tercermin dengan jelas pada para keahlian-keahlian
yang diperlukan oleh para orang-orang yang membidangi teknologi informasi. Bagi
orang yang pernah terlibat intens di dalamkegiatan pengadaan orang-orang yang
menguasai bidang teknologi informasi akan sangat menyadari betapa kakunya sikap
mereka terhadap keahlian tersebut dan betapa konservatifnya pendekatan mereka
terhadap pengadaan keterampilan itu.
Mengapa muncul berbagai masalah
sehubungan dengan perubahan pekerjaan dan perananpara manajer dibidang
teknologi informasi, spesialis dan end-user? Alasannya adalah:
-
Banyak di antara pekerjaan dan peranan baru yang tidak
dipahami, tetapi para manajer menganggapnya sangat canggih dan menentukan bahwa
semua pekerjaan dan peranan baru tersebut memerlukan pengalaman yang tepat dan
luas.
-
Keahlian manajemen yang lebih luas tidak dikembangkan
secara lebih dini di dalam karir para profesional teknologi informasi;
-
Kebutuhan akan keahlian tidak ditentukan secara
realistik terdapat bukti bahwa banyak organisasi yang merekrut tenaga melalui
kriteria yang sangat akademis dan teknis;
-
Kecilnya perhatian yang diberikan pada kualitas
motivasi dan kepribadian kemampuan menyesuaikan diri, keahlian sosial yang
mengakibatkan turunnya fleksibilitas di dalam memanfaatkan lingkungan
sistem-sistem end-user;
-
Unsur-unsur perubahan tidak selalu disadari adalah
mudah mengidentifikasikan suatu perubahan di bidang bahasa pemrograman atau
lingkungan perangkat keras, tetapi mengidentifikasikan perubahan yang bersifat
halus dan berlangsung secara perlahan-lahan serta sangat mendasar. Mendasar
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah;
-
Organisasi begitu dalam mengatasi masalah kelangkaan
keahlian yang akhirnya menyebabkan harus dilakukannya kampanye rekrutmen yang
berlarut-larut, mahal, melelahkan dan kadang-kadang tidak menghasilkan apapun;
-
Fungsi-fungsi teknologi informasi menciptakan budaya
yang dipertahankan secara mandiri dan berhati-hati, yang akhirnya menimbulkan
kekakuan dan ketidakpekaan terhadap perubahan;
Begitu banyak manajer yang dihantui oleh berbagai jenis konfrontasi kuno
dan situasi yang menekan ketimbang pada kerjasama dan kepercayaan yang
menampilkan keadaan masa depan yang didasarkan pada telecommuting.
Latar Belakang
Perubahan adalah kondisi yang kita
alami dalam setiap aspek kehidupan kita. Suka atau tidak,perubahan cenderung
berlangsung setiap menoleh. Mempertahankan eksistensi mengandung memasuki
proses perubahan. Seperti dikatakan oleh Tom Peters :
Untuk dapat mengatasi suasana kompetitif yang berubah
cepat, kita harus belajar mencintai perubahan dengan cara yang sama ketika kita
membencinya dulu …. Setiap variabel telah tersedia, dan kita menghadapi
(sebetulnya tidak menghadapi) tantangan itu dengan mesin-mesin, sistem-sistem,
dan orang-orang yang berada di garis depan yang tidak fleksibel --- dan, yang
terburuk dari semua itu, para manajer yang tidak fleksibel yang masih
merindukan era masa lalu di mana mereka menganggap bahwa perluasan rumah-rumah
sakit dan kebun-kebun baru adalah rangkaian tugas penting yang harus
dilaksanakan;
Sekarang, mencintai perubahan,
bahkan kekacauan, adalah syarat bagi kejayaan dan keberhasilan.
Dalam era teknologi informasi, dapat
mengalami perubahan menjadi cepat. Para spesialis teknik dan para pengguna diharapkan
untuk terus menghasilkan dan memanfaatkan perangkat keras baru dan perangkat
lunak yang canggih dan handal. Jangka waktu pembangunan dan pemanfaatan proyek-proyek
teknologi informasi menjadi semakin pendek. Sistem informasi sekarang harus
dikembangkan sehingga dapat segera menyesuaikan diri dengan perubahan mendadak
dan penarikan investasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional atau bahkan
merger perusahaan yang bersifat total.
Para pakar teknologi informasi dan
spesialis tekniknya kadang-kadang disebut ‘agen perubahan’, tetapi banyak di
antara mereka yang mengakui secara terbuka, bahwa perubahan itu baik bagi semua
pengguna tetapi tidak begitu cocok bagi fungsi teknologi infromasi itu sendiri.
sikap ini tampaknya sangat dipengaruhi oleh investasi pengembangan keahlian
teknis yang berlangsung selama bertahun-tahun sembari mengimplementasikan
sistem-sistem informasi monolik yang didasarkan pada rangkaian komputer
mainframe. Sikap yang sama berkembang juga di antara beberapa end-user yang
telah menghabiskan waktu yang sangat panjang dalam mengembangkan sistem mereka
sendiri pada komputer personal, dengan atau tanpa bantuan para aparat Pusat
Informasi. Para manajer yang telah berusaha meyakinkan para staf sekretariat
uantuk beralih dari sistem pengolah kata yang memang sangat populer kepada
sistem lainnya, atau untuk menimplementasikan pembakuan kebijakan perusahaan
pada paket-paket spreadsheet khusus, akan menyadari situasi ini. Judul dari bab
ini dapat memberi kesan bahwa implementasi teknologi informasi ini dapat
merupakan pengalaman yang dapat direncanakan dan sangat menyenangkan.kita
menyadari bahwa kenyataan tidaklah demikian, dan seperti yang dikatakan oleh
Dr. Johnson, ‘Perubahan tidak dibuat tanpa kesulitan, sekalipun perubahan dari
hal-hal yang buruk menuju hal-hal yang lebih baik’.
Ketika mempersiapkan buku ini, kami
juga mencoba mengulas sikap-sikap terhadap perubahan,khususnya di dalam
lingkungan teknologi informasi.temuan kita membuktikan bahwa banyak manajer
teknologi informasi,spesialis, dan end-user masih perlu memberikan pemikiran
yang lebih serius terhadap apa yang dipahami dan dimaksudkan dengan istilah
‘keberhasilan’ dan ‘kegagalan’. Sayangnya, perubahan selalu dikaitkan dengan
keberhasilan atau kegagaglan. Jelas bahwa semua perubahan menghandung risiko,
dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti bagaimana segala
sesuatu itu akan terjadi.sidang pembaca yang memiliki latar belakang ilmu-ilmu
eksakta akan menyadari bahwa kemajuan-kemajuan ilmu-ilmu justru terjadi melalui
petualangan uji-coba,dan bahwa banyak di antara kegiatan-kegiatan ini yang
berakhir pada lorong-lorong gelap. Tetapi, seperti telah ditegaskan pada bab
sebelumnya, manajemen senior sering berusaha menciptakan lingkungan komersial
di mana sumberdaya manusia merasakan bahwa mereka harus selalu benar dan ini
dapat[at menyebabkan munculnya strategi setengah resmi untuk menolak perubahan.
Selama revolusi industri, konsep
pertanggungjawaban yang terbatas telah sangat berperan dalam menentukan
keberhasilannya, dan ini mungkin sejalan dengan hal yang terjadi di dalam
revolusi teknologi informasi.tantangan-tantangan perubahan bagi personil
teknologi informasi (manajer, spesialis, dan end-user) jelas mengandung
risiko,tetapi bagaimana membatasi pengaruh dari risiko itu tanpa harus berusaha
mengawetkan atau bahakan memperkuat Status quo?.
Dalam rangka menjamin keberhasilan
penerapan teknologi,para manajer yang bertanggung jawab dalam perumusan
strategi eknologi informasi diharapkan sudah harus memiliki pemahaman yang kokoh
tentang kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan yang sangat sulit dan tak
dapat disetujui. Para manajer sumberdaya manusia perlu memperhitungkan
kebutuhan peningkatan keahlian baru (dipersiapkan melalui pelatihan kembali
dan/atau rekrutmen eksternal),menguji implikasinya atas pensiun yang dipercepat
atau kelebihan tenaga kerja dan mengembangkan rencana-rencana pelatihan untuk
memasyarakatkan strategi teknologi informasi kepada semua tingkatan dari
organisasi itu.
Di Inggris,telah dilakukan analisa
prediktif tentang jumlah generasi mudah yang siap memasuki lapangan kerja sejak
pertengahan hingga akhir dekade 1990-an. Ini telah menimbulkan keprihatinan.
Sejumlah perusahaan sedang menghadapi kesulitan dalam merekrut staf yang
memiliki keahlian yang diperlukan, dan situasi ini akan semakin meluas kecuali
jika para majikan memberikan tanggapan yang positif terhadap
perubahan-perubahan ini. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja muda pada sejumlah
industri telah menyebabkan terserapnya para mahasiswa ke dalam lapangan kerja,
yang pada gilirannya akan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja yang memiliki
kualifikasi profesional pada tahun-tahun mendatang.
Dari Mana Dorongan Perubahan Itu Berasal?
Mungkinkah dorongan-dorongan bagi
perubahan itu berasal dari suatu kelompok perencana pusat? Perencana formal
perusahaan mulai dikenal oleh berbagai perusahaan berskala besar sejak akhir
1960-an/1970-an. Sejak saat itu,fungsi ini telah melampaui berbagai tahapan :
-
Pada mulanya ia hanya merupakan komite perencanaan yang
bersifat part-timer yang bertanggung jawab pada manajemen eksekutif senior.
Tetapi beban pekerjaan sehari-hari telah menyita wakti sebagian besar anggota
komite itu, sehingga kegiatan-kegiatan perencanaan jangka menengah dan panjang
cenderung tidak efektif;
-
Pada tahap kedua,ia dipimpin oleh seorang direktur yang
bekerja penuh untuk memimpin tugas itu,dan dibantu oleh individu-individu yang
berasal dari manajemen lini untuk mengerjakan proyek-proyek khusus;
-
Tahap selanjutnya menunjuk staf pendukung yang
ditempatkan pada suatu pas secara permanen di dalam unit perencanaan
perusahaan.
Direktur yang memimpin unit itu harus berada pada
luar pemikiran manajemen yang memungkinkannya melakukan dialog secara
terus-menerus dengan para manajer yang melaksanakan bidang-bidang pekerjaan
tertentu. Buku-buku standar tentang perencanaan menunjukkan bahwa spesialis
perencanaan perusahaan itu berkisar antara orang-orang yang bersikap pasif
sebagai konselor atau koordinator,sampai dengan orang-orang yang bersikap
dinamis, penuh kekuatan sebagai seorang inisiator atau enterprenur yang
berhubungan dengan substansi dan pelaksanaan rencana.
Tetapi
mungkinkah prakarsa dan dorongan menuju perubahan itu dapat diserahkan pada
fungsi perencanaan perusahaan? Tanggung jawab atas strategi bidang teknologi
informasi dan kebijakan sumber daya manusia sering diserahkan kepada para
praktisi spesialis, kadang-kadang dengan sengaja,kadang-kadang karena
kelalaian. Bagaimana dengan manajer lini dan staf mereka --- apakah mereka
hanya diharapkan untuk berjalan dan berhenti pada tempat pemberhentian resmi’
sesuai dengan jadwal perencanan teknologi informasi dan manajemen sumberdaya
manusia? Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada apakah organisasi itu
dilihat sebagai struktur hierarki yang sangat terdisiplin ataukahsuatu
komunitas terhadap mana setiap orang merasa terikat. Kita percaya bahwa fungsi
lini, seperti halnya dengan sistem end-user, harus masuk sepenuhnya pada proses
pembuatan keputusan tentang perubahan. Perencanaan perubahan perlu dipandang
sebagai bagian integral dari tanggung jawab manajemen lini.bila manajemen lini
merasa terpanggil untuk melaksanakan perubahan,kemungkinan-kemungkinan berhasil
akan meningkat secara tajam.
Andrew
Leigh mengutip contoh bahwa, ketika John Welch menjabat sebagai pimpinan
General Electricdi USA,hal pertama yang dilakukannya adalah membongkar divisi
perencanaan strategi perusahaan. Welch melihat kembali keadaan dua puluh tahun
sebelumnya dan menemukan bahwa masing-masing sukses besar yang diraih oleh
General Electric justru berawal dari luar sistem perencanaan strategis itu.
Penelitian yang intensif yang didukung oleh proses-proses perencanaan yang canggih
tidak selalu merupakan obat mujarab.
Dorongan
menuju perubahan berasal interaksi bebas antar pandangan dan ide. Organisasi
yang memberikan ruang gerak bagi kreativitas akan menemukan bahwa tanggapan
prositif terhadap perubahan berjalan seiring dengan kurangnya perhatian
terhadap kedudukan dan status. Perencanaan yang fleksibel akan didorong dan
kemungkinan bahwa setiap orang akan merasa terdorong ke arah tujuan-tujuan
perubahan akan dikembangluaskan. Perubahan-perubahan yang berhasil adalah
tergantung pada saluran komunikasi yang memadai yang tidak hanya membuka
kemungkinan bagi perubahan itu, tetapi juga kemungkinan bahwa ide-ide yang baik
yang dilahirkan dalam hal apapun di dalam organisasi itu dijamin akan
menjangkau orang yang dapat menggunakannya secara baik.
Persepsi Peran
Performance
kerja di dalam lingkungan teknologi informasi akan dipengaruhi oleh persepsi
masing-masing orang terhadap peran. Sejauh mana masing-masing melaksanakan
pekerjaan darui mereka. Seorang analis/pemogram senior mungkin berkeyakinan
bahwa tugasnya adalah melatih para anggota yunior timnya. Tetapi jika atasannya
menganggap bahwa analis tersebut harus lebih memusatkan perhatiannya pada upaya
uantuk terus menggerakkan pelaksana proyek sesuai dengan jadwal yangtelah
disetujui, maka ia dapat dipandang sebagai pelaksana yang kurang baik.
Performance yang tampaknya tidak baik itu, terjadi akibat adanya
kesalah-pahaman atas peran analis/pemrogram senior yang diharapkan darinya.
Tetapi apakah kita menciptakan
proses penyusunan strategi teknologi informasi itu menjadi lebih kompleks dari
yang diharapkan dengan cara mengenalkan persyaratan tembahan untuk memahami dan
menanggapi masalah-masalah peran yang berubah, seperti ambiguitas, konflik,
diferensiasi, harapan dan persepsi? Kearifan yang diperoleh menunjukkan bahwa
simplifikasi menybabkan sesuatu yang tidak dapat dikelola menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil yang dapat dipahami akan memperbesar
kemungkinan untuk meraih sukses. Karenanya, kita sangat menganjurkan agar
masalah teknologi informasi dan manajemen sumberdaya manusia di analisa melalui
skema.
Namun demikian, kita menyadari bahwa
penyederhanaan yang berlebihan atas masalah-masalah manusia dapat menyebabkan
kita mengabaikan beberapa isu yang lebih kompleks – masalahnya bukan karena
kurangnya keahlian teknologi informasi, tetapi karena adanya kebutuhan untuk memahami peran.
Tony Gunton memberi komentar
terhadap lingkungan sistem end-user sebagai berikut :
Biaya dan fungsi peralatan terus
mengalami peningkatan, yakni tingkatan di mana asimilasi dan pemperoleh
keuntungan perusahaan dari teknologi informasi tidaklagi ditentukan terutama
oleh tersedia atau tidaknya peralatan dan perangkat lunak yang
relevan.kemampuan end-user untuk menguasai teknologi baru itu menjadi faktor
kunci yang sangat penting. Dengan kata lain, dari sudut pandangan para manajer
yang bertanggung jawab atas perorganisasian usaha sistem informasi,keahlian
menghadapi orang-orang adalah lebih penting dibanding dengan keahlian
menghadapi teknologi.
Dari Materi diatas cobalah masing-masing mahasiswa STMIK Swadharma membuat presentasi tentang salah satu kegunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi kehidupan masyarakat dari salah satu bidang pekerjaan yang saudara ketahui, dan dipresentasikan saat Evaluasi Tengah Semester , selamat membuat dan sukses
Terima kasih informasinya. Blog yang sangat bermanfaat. :D
BalasHapus